Monday, March 21, 2016

MENANTI PELANGI

MENTARI MULAI MEMUNTAHKAN PANASNYA
AKU HIDUP DALAM LAMUNAN
SESAAT AKU TERJAGA........
DESIRAN SANG BAYU MENGUSAP LEMBUT WAJAHKU

AKU LALAI DALAM PERPUTARAN JARUM JAM
AKU TAK SADAR KETIKA SANG WAKTU TELAH MENJINAKKAN HATIKU
AKU LEMAH.........TAK BERDAYA, AKU TAK MAMPU......... TUK BERTAHAN
KETIKA KAU BERIKAN,,,,,,,, SEJUTA PESONA
YANG MEMBAWAKU TERBANG......... BERSAMA KHAYALAN DAN ILUSI

KU SAMBUT ERAT TANGANMU TUK SEBUAH PERSAHABATAN
KU TAHU.... SEMUA ITU SULIT
TAPI.........AKU HARUS BISA TUK HAPUS SEMUA DEBU YANG MELEKAT DALAM JIWA
KEKOSONGAN JIWAKU BUKAN TAK BERMAKNA
JIWA YANG KAKU MEMBAWA SEGEMGAM LUKA DALAM HATI YANG MENYALA

KINI...AKU MULAI MELELEHKAN BAJA ITU
AGAR SEMUA MENJADI CAIR TUK SEBUAH KEABADIAN CINTA YANG TELAH TERTANAN DALAM SUKMA YANG KAKU
TELAH KU TOREHKAN SEBUAH KISAH DALAM SUTRA PELANGIMU
PELANGI YANG TELAH HADIR DI DEPANKU
YANG MEMBERI WARNA DALAM TIAP LANGKAHKU
PELANGI.........KAU TELAH KU NANTI SEBELUM HUJAN TURUN
PELANGI.......TERIMAKASIH....KAU TELAH MEMBERIKU SEMUANYA
WALAUPUN HANYA SESAAT


KARYA : MERINA, S.Pd

Friday, March 18, 2016

4 Piala dari HUT PTBA ke 35




Dalam rangka HUT PT. BA yang ke-35 tahun. SMPN 5 Muara Enim mengutus siswa-siswinya untuk mengikuti berbagai macam perlombaan.  PT.BA mengadakan berbagai macam perlombaan, akan tetapi SMPN 5 hanya mengikuti 5  perlombaan. Perlombaan yang di ikuti yaitu Vocal Group, Tari Daerah, Puisi putra dan putri,dan nyanyi solo putra dan putri.

           
Di kejuaraan ini SMPN 5 Muara Enim mendapatkan juara 1 lomba puisi putri yang diraih oleh Deva aulianda dari kelas 7A, juara 3 vokal grup angotanya bernama Nadya Wulandari,Aisyah Zahrani Saskia Fitri,Damara salsabila,Deva Aulianda,Hera Oktaviani,Ajeng’s Isyabella,Sella Resti Saputri,M.Iqbal Hidayatulla, dan Ahmad Komri dan nyanyi solo putra yang diraih oleh Rega Rikardo dari kelas 7B,di puisi putra kita dapat juara 3 harapan yang diraih oleh Rizki Januari dari 8A.


            Deva mengatakan dia sangat senang dan bahagia menjadi pengalaman pertamanya,ia mendapkan juara 1 di lomba puisi putri yang dibimbing oleh ibu Merina S.Pd,Janti Respati Ekoyani S.pd,Bungainah S.Pd,dan ibu Ummy Kalsum. Pada saat dia dilatih dan dikritiki oleh guru Deva mendengarkan semua kritikan dari guru sehingga dia menjadi juara 1 puisi putri saat ini.


Tim ORC

NASYID THE BEST

Selasa (01/03/16) lalu di SMP N 5 Muara Enim pada Ekstrakulikuler  Nasyid yang dilatih oleh kak Dandi & Ibu Hapsarianti S.Agsiswa yang mengikutinya kurang lebih 30 orang. Kegiatannya bermacam –macam, diantaranya kami ajarkan bagaimana cara bernyanyi dengan baik, cara berharmonisasi, dan selain itu kak Dandi juga membagi kelompok untuk perempuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu awan dan langit sedangkan laki-laki juga dibagi menjadi dua kelompok yaitu bulan dan bintang.

Kegiatan ini sengaja dibuat  berkelompok agar lebih mudah untuk diajarkan berharmonisasi dan agar tidak kacau, oleh sebab itu maka dibuatlah beberapa kelompokKegiatan ini sangat perlu untuk kita ikuti, karena kita dapat menambah wawasan dan dapat mengajak kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Kegiatan ESKUL nasyid ini sangat seru dan menarik bagi siswa SMP N 5 Muara Enim.



Beberapa siswa SMPN 5 Muara Enim  untuk pertama kali mengikuti lomba Nasyid di SMABA ( SMA Bukit Asam). Lomba  Nasyid ini diikuti oleh siswa tingkat SLTP dan SLTA, ada juga beberapa lomba yg di adakan di SMA tersebut. Perbedaan antara nasyid dengan grup lainnya adalah nasyid lebih bernuansa islami, dan musiknya bukan dari gitar ataupun drum tapi nasyid lebih cenderung menggunakan mulut dengan nada tertentu dan dengan nada yang lebih lembut.

Tim ORC

  

Thursday, March 17, 2016

Penyesalan Yang Tiada Berujung



Penyesalan Yang Tiada Berujung

Tap.. Alan menepuk bahu kiriku sampai hampir terjatuh. Saat kami berjalan berbarengan, Alan melihat gadis-gadis cantik dan alay  yang lalu lalang di depan kami berdua saat itu. Dan dia cengengesan sendiri sedangkan aku tidak memberikan respons apa-apa.
**
Bruumm.. Bruumm..
“ Wah, temen kita sudah nggak bawa motor lagi nih kayanya, udah bawa mobil sport,” seruku sambil berkaca tidak karuan di mobil baru Alex saat di parkiran sekolah.
“ Iya dong, sudah satu mingguan ini aku membujuk papi biar dibeliin mobil sport,” ujar Alex sambil mengatupkan pintu mobil dan berjalan dengan membusungkan dada.
Saat itu Alan, Aku, Alex berjalan menuju ke kelas . Yap, kelas kami memanglah kelas yang strategis, untuk menuju ke kelas kami harus melalui kelas tingkat rendah dan tinggi. Untunglah dengan rasa bersyukur pada Ibu Fajrin tahun ini kami masuk kelas unggul walaupun Alex dengan cara menyogok.
“ Ciye.. abang yang mobil sportnya baru, nebeng ya bang,”
“ Bang, pasti mahal ya mobilnya,”
Alex yang dipanggil “Abang” itu hatinya seakan-akan melayang-layang saat dipuji oleh adik kelasnya . Fly ! Fly !.
Bel pulang tampaknya sudah kedengaran karena cowok – cowok di kelas itu sudah mulai berkeliaran keluar kelas.
Hurray ! Nebeng bang!,”ucap Alan sambil menepuk bahu Alex.
“ Naik!,”balas Alex.

Aku dan Alex menaiki mobil sport yang masih kinclong karena baru keluar dari dealer.
“ Aga, sekarang tinggal kamu yang belum punya kendaraan, Alan sudah punya motor sport, ayo minta belikan sama ayahmu, kalau perlu merengek-rengek,” kata Alex sambil melihatku dari kaca kecil didalam mobil.
Alan dan Alex mulai mengolok- oloki Aga untuk beli motor sport baru. Hati Aga pun mulai terhasut dengan kata – kata mereka berdua. Aga hanya bisa melongok saat itu.
“ Iya juga bener kata Alex, tapi kalau aku minta belikan motor sport sama ayah pasti dia tak akan mengizinkannya , toh ayah saja cuma pake motor bebek butut, ah aku hanya punya satu pilihan! Mencuri uang ibu,” bisikku dalam hati.
Tiga sahabat karib itu menghabiskan perjalanannya dengan cerita-cerita.
“ Bang, terima kasih ya, besok-besok nebeng lagi,” ucapku pada Alex. Aku berjalan masuk ke dalam rumah tapi, masih terngiang ditelingaku olok-olokan Alex dan Alan di mobil tadi. Aku pun meletakkan tasku di dalam kamar. Tanpa pikir panjang, aku pun segera melakukan apa yang kupirkirkan tadi. Rasanya tanganku seperti bergerak sendiri.
**
Aku mulai menggeledahi lemari ibu. Tapi aku mengambil uang ibu secara berangsur-angsur agar tidak ketahuan. Sekali, dua kali kelakuanku itu tidak diketahui oleh ayah dan ibu. Tapi sebelumnya, aku sudah mulai merasa bersalah, karena ingin mempertahankan kesolidaritasan, ya terpaksa aku lakukan.
Pada hari ketiga.”Braak”. Apa itu? Ibu bertanya-tanya. Saat ia masuk kedalam kamarnya.
“ Ya Tuhan, anakku ternyata kamu yang selama ini mencuri uang ibu,”ucap ibunya sambil menguraikan air mata. Tiba-tiba, secara tidak sengaja ayah mendengar perkataan ibu dan tanpa pikir panjang , “ Plak!,” telapak tangan ayah mendarat di pipi kiriku.
“ Untuk apa kamu mencuri uang ibu nak?,” Tanya ayah dengan nadanya yang keras. “ Aga kepengin punya motor sport kaya teman-teman yang lain,” jawab Aga.
“ Ya Tuhan anakku ayah baru saja merencanakan mau membelikan kamu motor sport, tapi ketika mendengar kamu mencuri, buat apa ayah habiskan uang untuk membelikan motor anak yang suka mencuri,” ujar ayah dengan keras.
Atas kesalahan yang kulakukan. Aku harus bertanggung jawab atas semua itu. Ayah tak akan pernah membelikan motor untukku lagi. Harapan itu pupus, aku telah menghiba, memohon pada ayah. Dan aku harus menerima semua konsekuensi atas kesalahanku.
Untuk menghilangkan kegundahanku itu, sekarang aku sudah jarang untuk pulang kerumah dan lebih memilih untuk berkumpul bersama teman-teman. Tapi, aku tak memikirkan bahwa ayah dan ibuku di rumah sibuk untuk mencariku kemana-mana karena cemas.
Pagi itu, “ Aga, bangun nak,” seru ibu mengetuk pintu kamarku. “Aga..,” ibu terus mengetuk pintu. Brak, ibu mendorong pintu kamarku. Pagi itu aku tak ada di rumah dan aku menuliskan sepucuk surat yang berisikan,
Ibu, Ayah, mungkin Aga sudah tidak baik dimata kalian
Aga hanyalah bisa mencuri uang saja
Aga sudah tidak berarti lagi di rumah ini
Dengan mewakili surat ini, Aga hanya bisa berkata Aga akan pergi jauh dari rumah ini dan mungkin tak kembali selamanya
Setetes air mata keluar dari mata ibu, akhirnya setetes air mata itu berubah menjadi berurai air mata. Ibu tidak bisa lagi menahan isak tangisnya bersama derai hujan yang membasahi pekarangan rumahku. Lantunan doa yang mendayu-dayu di dalam rumahku mulai terdengar
Ayah dan ibuku hanya bisa menangis melihatku yang sudah tertutup kain putih saat itu.**
 Karya : Rahma Yuliana 7a

Monday, March 14, 2016

pa...ma... jangan pisahkan aku dan eristy..(part 2)


Karya:
“Damara Salsa billa”

Ketika mereka sedang asik berbicara tiba tiba.....
“ehm... mau kemana kalian..??”
Tanya seorang pria yang sudah tua
Dengan nada yang cuek
Risty pun menjawab pertanyaan pris tanpa menoleh kearah pria tersebut
“ih... lu udah tua banyak nanya lagi kepoo banget sih..”
“saya harus tahu kalian mau kemana karena saya adalah...”
Sambil membalikkan badan risty pun langsung memotong ucapan pria tua itu dengan kesal plus jengkel
“eh.. lu itu kalo jadi orang jangan suka ngurusin uru.....san..., eh.. bapak “
Betapa terkejutnya risty ketika mengetahui pria tua kepoo itu yang ternyata adalah pak anto wali kelas mereka (atau guru paling ganas di sekolah mereka  )  

“mau kemana kalian..???”
Tanya pak anto ganas
“mau ke... ini.. pak eh.. anu... pak..eh..itu..pak..”
Jawab adis dengan gugup sambil terbata bata
“ini anu itu anu.. jawab yang yg jelas !!!”
“mau ke............................................................ em.. anu pak.. mau ke wc sebentar pak “
Jawab tifanny asal
“mau kewc kok bawa bawa nama papa mama segala trus kok bilang cuman ada pembantu aja. itu maksudnya apa..????!!!?!?!?!?”
Tanya pak anto lagi untuk menyudutkan jawaban mereka bertiga yang mulai tidak masuk akal
“oh.... itu maksudnya pak nanti kalo papa mama aku gak ada dirumah.. kami bertiga mau pergi jalan jalan kesalon ngajak pembantu dirumahku aja pak biar pembantu dirumah itu gak stres tus biar pikiran nya terbuka.. pak.. bapak kalo mau ikut juga gak papa kok
Jawab risty aneh 

“ya ampun risty risty kok kamu semakin hari semakin gak bener aja ya.. pikirannya.. ya udah terserah kalian mau kayak gimana”
Tutur pak anto sebelum pergi meninggalkan risty adis dan tifanny

*********


Pelajaran pertama telah habis karena lonceng yang berbunyi telah menandakan waktu pelajaran pertama telah selesai. Lalu guru yang menghukum risty dan teman temannya tadi keluar dari kelas VIII atau kelasnya risty dan teman temannya tadi (btw risty itu masih smp kelas VIII. Maaf ya.. di cerpen sebelumnya gak diceritain dia kelas berapa hehehe).
Lalu pak edo pun (nama guru yang menghukum risty, adis, dan tifanny) mencari risty dan teman temannya dilapang depan sekolah.
Betapa terkejutnya pak edo ketika melihat mereka tertiga telah menghilang entah kemana rimbanya.
Dan yang paling parah lagi adalah pak edo mendapatkan sebuah papan yang sengaja di tempel di tiang bendera depan sekolah dan papan itu pun bertuliskan sebuah kalimat yang isinya..........

yang isinya ada di cerbung ke 3 see you....

Si Pelupa (bagian 9)



Ternyata...
“Indah...!”. Ucap Aku dan Ferry sambil menoleh kebelakang secara berbarenggan.
“kalian ini...Ferry kalau ketahuan Mirna gimana lo? Kelar idup lo!”. Ucap Indah memperingatkan.
“Mirna maksudmu apa?”. Tanya Ferry.
“sok suci lo! Dia kan pacarmu”. Ucap Ferry tiba – tiba jantungku berdetak keras.
“Pacar? Mirna bukan pacarku. Dia itu anak teman Mamaku tahu!”. Ucap Ferry menjelaskan, rasanya seperti diterpa angin sejuk.
“owh! Gitu..masih ada harapan donk!”. Ucap Indah sambil mengedipkan mata kearahku.
“terus kamu kesini ngapain Indah?”. Tanyaku.
“Gue mau kasih tau kalau Chintya tiba – tiba mengeluh sakit perut”. Ucap Indah memberi tahu dengan logat Jakartanya yang sangat kental kayak bubur ayam.
“Hah! Pasti gara – gara roti tadi!”. Ucapku menebak.
“Eh? Roti lagi seperti bulan lalu”. Ucap Ferry.
“sudah ayok ah!”. Ucap Indah sambil menarik tanganku.
Di lain pihak Nanda sedang menjelaskan tentang kejadian bulan lalu...
“waktu itu pada saat istiharat Citra ingin membeli roti. Lalu Erika memberi sepotong roti yang sudah tidak layak untuk dimakan kepada Citra. Setelah memakan roti itu Citra sakit perut sampai muntah – muntah. Dan tidak bersekolah selama 2 hari”. Jelas Nanda padaku.
“Apa Geng Three star selalu mengganggu Citra?”. Tanyaku yang masih penasaran.
“Ya! Tidak hanya Citra banyak murid lain yang mereka bully”. Jelas Nanda.
“Apa tidak ada yang melaporkan pada guru BK atau Kepsek (Kepala Sekolah)?”. Tanyaku sambil mengerutkan dahi.
“Tidak ada yang berani melaporkannya karena Ayah Erika dan Mirna merupakan penyumbang dana terbesar di sekolah yang berani menetang bisa – bisa dikeluarkan dari sekolah”. Jawab Nanda.
Brakk....(Suara pintu di buka yang keras berhasil mengagetkanku dan Nanda. Kaget bray!!)
Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

Thursday, March 10, 2016

Si Pelupa (bagian 8)


Karena kata – kata Erika yang benar – benar menyakiti hatiku membuat jantungku berdetak cepat rasanya aku sangat malu mendengarnya.
“tu...tung..gu! hosh..hosh..hosh...”. Ucap Ferry yang sudah kelelahan.
“tolong..ja..ja.ng..an kejar aku..”. Ucapku sambil terisak – isak.
          Akhirnya aku pun sampai di ujung pintu lalu tanganku pun ditarik oleh Ferry lalu..
“kenapa kamu melarikan diri? Huh..!”. Tanya Ferry yang masih kelelahan dan wajahnya juga memerah.
“ kamu..kenapa mengejarku terus? Tahu apa kamu...?”. Tanyaku yang masih terisak – isak.
“ka..kamu kenapa menangis? Apa masalahmu?”. Tanya Ferry yang keget melihat aku yang masih menangis.
“tolong tinggalkan aku sendiri!!”. Ucapku yang sangat kesal.
“tolong jangan menangis lagi”. Ucap Ferry sambil menggelap air mataku dengan tisu.
          Sementara itu di lain pihak...
“apa perutmu masih sakit?”. Tanya Wahyu reihansyah ananda yang kebetulan sedang bertugas.
“nggak lagi..thanks ya!”. Ucap Chintya.
“huh! Kamu makan apa sih tadi?”. Tanya Nanda.
“tadi aku hanya makan roti yang diberikan oleh Marina”. Ucap Chintya menjelaskan.
“oh! Kamu pasti dijahili mereka..seperti bulan lalu..”. Ucap Nanda yang tiba – tiba terhenti.
“eh? Bulan lalu emang siapa?”. Tanya Chintya yang sangat penasaran.
          Lalu kembali ke diriku...
“apa kamu sudah tenang? Dari pada kita berdiri saja lebih baik kita duduk disana saja”. Ucap Ferry sambil menunjuk sebuah bangku yang sengaja di letakkan di atap oleh Aku, Yuki, Siska, Indah juga Serina.
“kamu kenapa sih baik sama aku?”. Tanyaku.
“kamu itu temanku apa salahnya aku membantu mu?”. Jawab Ferry yang bertanya denganku lagi.
“terima kasih”. Ucapku berterima kasih.
“ya. So.. kamu kenapa menanggis?”. Ucapnya yang memperlakukanku seperti adiknya saja.
“Aku sebal + sakit hati dengan kata – kata Erika yang benar – benar menyakitiku”. Jawabku .
“yaelah! Kamu kayak nggak biasa aja sama kata – kata Erika yang suka sembarangan”. Ucap Ferry.
“habisnya...dia...”. Ucapku.
“sudahlah..tak usah di hiraukan si Erika . yang jelas berusahalah menjadi lebih baik”. Ucap Ferry sambil mengacak – acak rambutku.
“hey! Rambutku..dasar Ferry! He..he..he..”. Ucapku sambil tertawa. Kata – kata Ferry selalu berhasil menenangkanku.
“ciee...berdua aja nih!”. Sebuah suara yang mengagetkanku...(Siapa Sih! Mengganggu saja! Huh!)
     
Bersambung...


Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

Si Pelupa (bagian 7)



“aduh!!”. Aku terjatuh karena aku nggak sengaja nabrak orang.
“maaf! Kamu nggak apa – apa?”. Ucap Ferry sambil membereskan buku – buku yang dibawanya.
“ng..nggak apa – apa kok! Si..sini ku...bantu”. Ucapku yang terbata – bata karena melihat wajahnya yang guanteng....buanget...
“nggak usah!”. Ucap Ferry.
Dan aku nggak sengaja menyentuh tangannya yang kasar itu...
“maaf...”. Ucapku
“ng..nggak apa – apa! Oh ya!... habis istirahat kamu di suruh Pak Yudi datang ke ruangnya”. Ucap Ferry sambil memberitahu.
“hm..terima.. kasih...”. Ucapku berterima kasih.
“ya udah sampai jumpa deh! Aku pergi ke kelas dulu! Bye!”. Ucap Ferry sambil tersenyum.
“ ya! See you!”. Balasku.
          Saat Aku menuju ke ruang Pak Yudi...
“Pak! Bapak yakin buat ngajakin si Citra ikut lomba cerdas cermat dia kan nggak bisa apa – apa!”. Ucap Erika sambil membawa buku – buku MTK.
“Erika kamu tidak boleh berkata begitu dia kan kemarin mempunyai jumlah nilai paling tinggi bahkan ngalahin nilai kelas 8 dan 9”. Kata Pak Yudi yang masih menghargaiku.
          Aku yang sudah tidak tahan dengan ucapan Erika meneteskan air mata...
Lalu Sementara itu di lain pihak...
“a...a...aduduh!! perutku...”. Ucap Chintya yang tiba – tiba meringis kesakitan.
“eh.. kamu nggak apa – apa?”. Tanya Yuki.
“i...ini..pe..perutku tiba – tiba sakit...owh!”. Ucap Chintya.
“mari..ku antar ke UKS”. Ucap Yuki sambil menuntunku
          Lalu ....
“eh! Tas bapak tertinggal di kelas 8C, bapak ambil dulu”.
“ya! Silahkan pak!”. Ucap Erika.
          Saat Pak Yudi membalik badannya dia melihatku...
“Ci...citra kam..mu..”. Ucap Pak Yudi yang melihatku memeteskan air mata.
          Aku berlari sekuat tenaga karena aku ingin menenangkan diriku dahulu menuju ke atap gedung kelasku. Gedung kelasku dan gedung kantor terpisah. 
Sementara itu...
“Ferry cepat kejar Citra!”. Teriak Pak Yudi.
“baik pak!”. Ucap Ferry.
“citra....tunggu!!!”. Ucap Ferry sambil mengejarku, sedikit pemberitahuan nih! Ferry adalah atlet lari yang menang kejuaraan lari menjadi juara 1.
          Aku mempercepat lari ku. Jarak antara Aku dan Ferry semakin dekat. Akhirnya Aku menaiki tangga dengan cepat. Jarak ruang Pak Yudi dengan tangga menuju atap kelas sejauh 150m itu sama dengan jarak lari sprint tingkat SMP. Anak tangga yang sangat panjang mungkin ada 50 lebih soalnya ada 3 lantai sih.
“citra........tunggu...!”. panggil Ferry.
          Aku masih membungkam mulutku karena.....
Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

VOLLEY BELAHAN JIWAKU




                Pada hari kamis dan jumat  pukul 15.00 murid smp 5 muara enim melakukan kegiatan eskul(extrakulikuler) volley dengan pelatih/ guru pembimbing  bapak M. Sahid. Hari kamis hari pertama kami eskul(extrakulikuler), sebelum main volley kami melakukan pemanasan terlebih dahulu, pemanasan kami lakukan seperti lari, perenggangan otot supaya ketika main nanti tidak mengalami cedera, pada saat itu kami mempelajari cara passing yang benar, seperti passing atas, passing bawah, kami pun mempelajari teori tersebut dengan semangat.


Anggota volley ball  smpn 5 muara enim mempelajari teori untuk belajar passing,kami dites satu persatu agar kami semua dapat melakukan passing dengan baik, ternyata passing itu tidak mudah yang kami pikirkan, banyak anggota voly ball yang ditekankan oleh pembimbing. Pak Sahid mengatakan “kalian harus lihat datangnya arah bola”. Passing atas adalah teknik penguasaan bola yang penting untuk dipelajari.dapat juga dapat diartikan menyajikan bola atau mengoper bola dengan menggunakan jari tangan kepada lawan atau langsung kelapangan lawan, disamping itu passing atas yang baik akan mempengaruhi dalam pertandingan tetapi hal ini lebih menonjol dalam pertandingn tingkat tinggi dibandingkan pada pertandingan yang lebih rendah.
       
Reporter  : M. Nur shodik     
Kelas:Vlll A

          

Tim Volley Ball Putra Juara III SMKN2 Open


Satu lagi Piala menambah koleksi rak SMPN 5 Muara Enim, Tim Volley Ball Putra berhasil mempersembahkan prestasi membanggakan bagi SMPN 5 Muara Enim. Kali ini, prestasi dipersembahkan dari ajang SMKN 2 Open ke-2 tingkat SLTP se-Kabupaten Muara Enim. Dalam kegiatan yang berlangsung selama 4 hari, 26-29 Februari 2016 berhasil meraih juara III.



Tim yang terdiri dari  siswa kelas IX yaitu  Enos, Mitra, Benny, Noval, Genti, Andi, Rahmat, dan  siswa kelas VIII Sodik, dan Muclish. Pelatih Tim Volley SMPN 5 memaparkan perjuangan Tim SMPN 5 untuk meraih juara III tidaklah mudah. 

Pada babak penyisihan Tim SMPN 5 Muara Enim tidak bertanding  karena tim lawan tidak datang dan  di diskualifikasi. Kemudian tim langsung masuk ke babak perempat final, dan  harus berjuang melawan tim MTs Raudatul Taufik, setelah melalui pertandingan yang cukup alot, Tim SMPN5 berhasil menang dengan skor 2-1 dan  melaju ke babak semi final. Sayangnya pada semi final tim volley putra kita harus mengakui keunggulan dari tim MTs Negeri Muara Enim dengan skor 2-1



Sahid menyebutkan  meskipun tidak menjadi Juara Pertama, ia cukup bangga dengan prestasi yang di raih Tim Volley Putra SMPN 5 Muara Enim. Semoga Prestasi ini mampu memotivasi semua anggota Tim Volley Putra dan Putri, serta siswa dan siswi yang tergabung dalam ekstrakulikuler Volley untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama SMP Negeri 5 Muara Enim, ujarnya.

Tim ORC



Si Tukang Kepo Part 4



Si Tukang Kepo 

                “ Hahahahaha... kok Bapak jadi Pinky Boy sih hari ini ? “ sorak Dino dari belakang . Semua siswa tertawa melihat pak Novran . “ Oh , tidak apa-apa anak-anak dimaklumi saja bapak hari ini ya ! “ jawab bapak Novran sambil meletakkan tasnya di meja guru . “ Sudah sampai mana mateli kita anak-anak ? “ tanya pak Novran . “ Materi pak bukan mateli , “ sorak siswa kelas kami . “ Sudah sampai bab 3 pak , “ jawab mereka sekelas
                Pak Novran mengambil spidol dan menerangkan pelajaran pada hari itu . “ Siapa yang tahu siapa plesiden peltama ? “ tanya pak Novran memberikan kuis . “ Yah , bapak , anak kelas satu aja tau ! “ sorak Dino sekali lagi . “ Soekarno Pak ! “ jawab Bela , sahabat Fani . “ Ya , betul sekali beli tepuk tangan buat Bela “ ucap Pak Novran .
                Teeeettt.....teeeettt... bel pulang berbunyi . Semua siswa bersiap dan berkemas untuk pulang .
                “ Fan , cepetan dong mobil jemputan udah dateng tuh “ teriak Giska dari gerbang sekolah .
                “ Iya , tungguin Gis , “ jawab Fani .
                Mobil jemputan pun berangkat dan seperti biasa mereka ngobrol-ngobrol dan tak terasa mobil telah sampai tapi , ada satu yang ketinggalan yaitu ......

( Siapa ya yang ketinggalan , jangan sampai ketinggalan baca sambungannya ya )

Bersambung........... 

Karya : Rahma yuliana dan yunisa maharani .