Selama ini jeruk darah terkenal langka dan hanya bisa dikembangkan di daerah tertentu. Tapi, sekelompok ilmuwan Inggris memodifikasi gen jeruk ini sehingga bisa dikembangkan di seluruh penjuru dunia.
Jeruk darah mendapat warna merah khas mereka dari pigmen antosianin yang dikenal juga bermanfaat bagi kesehatan, seperti menurunkan resiko sakit jantung dan stroke.
Tapi, pigmen ini hanya berkembang di iklim tertentu di mana buah ini terkena periode musim dingin yang singkat. Secara komersial, jeruk ini bisa dikembangkan di daerah tertentu di Italia. Akibatnya, jeruk ini pun tergolong premium dan tentu saja dijual dengan harga mahal, seperti dikutip dari Telegraph.
Tapi, peneliti di Norwich telah mengidentifikasi gen yang 'bertanggung jawab' atas pigmentasi dan merekayasanya sehingga tanaman ini tidak memerlukan iklim dingin untuk berkembang.
Gen hasil rekayasa ini sudah ditanamkan ke benih varietas Valencia. Para peneliti berharap bisa memetik buah pertama hasil rekayasa genetika itu pada akhir tahun.
Tim ilmuwan ini dipimpin profesor Cathie Martin dari John Innes Centre. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat, kita bisa mengembangkan jeruk darah yang bisa tumbuh di tempat-tempat di mana jeruk biasa tumbuh seperti Florida dan Brazil. Sehingga jeruk darah bisa lebih banyak beredar di seluruh dunia," kata Martin.
Jeruk darah mendapat warna merah khas mereka dari pigmen antosianin yang dikenal juga bermanfaat bagi kesehatan, seperti menurunkan resiko sakit jantung dan stroke.
Tapi, pigmen ini hanya berkembang di iklim tertentu di mana buah ini terkena periode musim dingin yang singkat. Secara komersial, jeruk ini bisa dikembangkan di daerah tertentu di Italia. Akibatnya, jeruk ini pun tergolong premium dan tentu saja dijual dengan harga mahal, seperti dikutip dari Telegraph.
Tapi, peneliti di Norwich telah mengidentifikasi gen yang 'bertanggung jawab' atas pigmentasi dan merekayasanya sehingga tanaman ini tidak memerlukan iklim dingin untuk berkembang.
Gen hasil rekayasa ini sudah ditanamkan ke benih varietas Valencia. Para peneliti berharap bisa memetik buah pertama hasil rekayasa genetika itu pada akhir tahun.
Tim ilmuwan ini dipimpin profesor Cathie Martin dari John Innes Centre. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat, kita bisa mengembangkan jeruk darah yang bisa tumbuh di tempat-tempat di mana jeruk biasa tumbuh seperti Florida dan Brazil. Sehingga jeruk darah bisa lebih banyak beredar di seluruh dunia," kata Martin.