Thursday, February 25, 2016

Pintu Masa Lalu ( PART 1 )


Pintu Masa Lalu ( PART 1 )

            Hai , namaku Nixia aku seorang cewek yang paling gak suka gaya girly , aku lebih suka gaya tomboy . Sekarang usiaku sudah beranjak 15 tahun  , aku sudah memasuki sekolah menengah atas , aku tipe orang yang suka banget sama petualangan . “ Nix , nanti main kerumahku ya , ada film baru , pasti kamu suka “ kata Luky menawarkan . “ Oke , ditunggu ya ntar sore “ jawabku dengan bibir tersenyum .
            Oh ya , Luky adalah sahabat laki – lakiku dari kecil . Sore pun datang . Tok.. tok.. tok  ,  Luky.. “ Eh , Nixia , masuk yuk ,apa kabar mamamu , Nix ? “ tanya mamanya Luky . “ Baik kok Te “ jawabku . “ Eh , Nixia lama ya ? “ Luky datang . “ Enggak kok “ jawabku lagi . “ Yuk ke atas , pasti nggak sabar lagi ya ?” kata Luky . Aku hanya mengangguk dan mengikutinya ke atas .
            Tapi , saat aku dan Luky di pertengahan tangga , aku melihat sebuah pintu dan ada tulisan “Dont not enter”    “ Eh , Luk itu pintu apa sih , kayaknya aneh banget ya ? “ tanyaku dengan penuh penasaran . “ Eng.. enggak ada apa-apa kok , “ jawab Luky dengan muka memerah dan gugup . Kami pun keatas ,tapi pikiranku masih penuh dengan rasa penasaran . “Aaaaa.. “ kami berdua menjerit karena filmnya yang serem banget .
            “ Luk , emangnya itu pintu apa sih ? “ tanyaku lagi . “ Itu pintu yang akan membawa kita ke masa lalu “ jawab L uky meyankinkan . “ Hah ? masa lalu ? ini udah zaman modern tauu , nggak mungkin lah ,” jawab Nixia . Luky menceritakan semua tentang pintu itu . Setelah dia menceritakan semuanya , aku jadi mengerti dan percaya . “Nix , besok kesini lagi ya “ Luky menawarkan . “ Oke , sampai besok ya “ jawabku .
            “ Luky , luky “ tungguku , “Hai Nix udah setengah jam loh aku nungguin kamu “ omel Luky . “ Maaf ya , heheh “ jawabku sambil tertawa . “ Yaudah , yuk liat pintu kemaren “ kataku penasaran . “ Yuk Nix jadi gak sabar deh “ jawab Luky . “Kita tinggal mengatur tanggal dan waktunya aja “ jawab Luky . “ Gimana kalo kita ke masa lalu mamaku aja ? “ kataku menawarkan . Mereka pun mengatur tanggal dan waktunya . Kreek...... mereka membuka pintunya dan timbullah seberkas cahaya dari dalamnya. Uhuuk .. uhuuk kami batuk karena di dalam sana banyak banget asap .Tolong .. tolong disana ada bunyi seperti itu dan ternyata waktu mamaku masih kecil , rumah kakek dan nenekku kebakaran .
            Saat disana , kami mengintip di semak – semak . Tetapi , ingatan kami seakan – akan hilang seketika bagaikan disambar petir ! . “ Dim .. dimana kita Luk “ kata Nixia takut . “ Nggak tau , padahal kita nggak bisa diliat sama siapa pun “ kata Luky menjelaskan . “ Kayaknya , kita ditangkep nih “ jawab Nixia masih takut .
            “ Aaaaa.... “ Luky & Nixia menjerit ketakutan .
Bersambung..........
Karya : Rahma Yuliana
Kelas :  VII a

Tuesday, February 23, 2016

Si Pelupa ( Bagian 6 )


Hasil gambar untuk chitoge tersipu
  
“selamat pagi anak – anak”. Sapa bu Mariska.
“pagi Bu!”. Ucap kami semua.
“sudah berdoa kan?”. Tanya bu Mariska.
“sudah Bu!”. Ucap kami semua.
“baiklah kita mulai pelajaran hari ini”. Ucap bu Mariska.
“bu! Hari ini ada PR”. Ucap Ferry dengan wajah kerennya uhuy...
“oh ya! Tolong Kamu kupulkan PR – nya!”. Ucap bu Mariska sambil tersenyum.
“baik bu..”. Ucap Ferry yang lagi – lagi sinar cool dari wajah tampannya terpancar lagi. Ferry memang seorang idola di sekolah dia... benar – benar keren sampai geng three star jadi salah satu penggemarnya.
          Bangku yang pertama kali di datanginya adalah...
“Citra mana buku PR – mu?”. Tanyanya padaku oh...jantung ini rasanya mau copot.
“oh...hm...ini”. Jawabku yang menjadi sangat gugup.
“terima kasih”. Ucapnya sambil tersenyum owh... jantung ini mau copot.
          Akhirnya dia pun berlalu...
“Citra...Citra wajahmu memerah”. Ucap Chintya padaku.
“oh..eh..ada apa?”. Tanyaku yang baru tersadar dari lamunanku
“wajahmu..wajahmu memerah!”. Ucap Chintya yang memberi tahuku.
“masak.. kok bisa?”. Tanyaku yang baru menyadarinya.
“kamu... suka sama si...siapa namanya tadi?”. Tanya Chintya.
“fe..ferry”. Ucapku yang terbata – bata.
“cie...cie...”. Ucap Chintya.
*SKIP*
          Saat jam istirahat...
“eh kita ke kantin yuk!”. Ajak Indah.
“oke!!”.  Ucap kami kompak.
          Kami asyik mengobrol sampai aku tak melihat kearah depan lalu...
Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

Wednesday, February 17, 2016

Taekwondo belahan jiwaku



Jumat (15/02/2016) taekwondo SMPN 5 Muara Enim bersemangat melakukan latihan seperti biasa yang dimulai dengan  pemanasan seperti split, push-up, back up, lari 20 keliling lapangan, dan dilanjutkan dengan latihan tekhnik dasar.


selain latihan, hari itu juga taekwondo SMPN 5 Muara Enim kedatangan atlet baru yang menambah semangat para atlet untuk menjadi lebih baik lagi. latihan yang dipimpin oleh sabeum andi dan adi (pelatih Taekwondo). Sabeum Andi melatih sabuk kuning, Sabeum adi melatih sabuk putih, hari itu kami mempelajari kibom bomsse, taeguk saljang, tendangan, tangkisan, dan pukulan. sedangkan sabuk kuning melakukan fighter. kak ajay melakukan fighter dengan kak weldi,kak ulan fight denggan kak intan.


          Setelah kami melakukan semua itu kami beristirahan sejenak.setelah kami istirahat kami melanjutkan latihan seperti biasa.
          Anggota taekwondo mengucapkan janggan putus asa dan janggan meyerah dalam hal apapun.

Jurnalis : Rohana fitriani VIII.D 

Monday, February 15, 2016

SI KIDAL




Tepat pada saat kami keluar dari ruang ganti pakaian, ada seseorang yg menabrak  ku, hingga membuat aku terjatuh cukup keras.
“aduuuuuuhhh.... sakitt., kalo jalan itu liat.. liaaa...” kataku tiba-tiba terkejut, karena yang menabrak ku itu adalah Dio, aku memberi julukan kedia itu bunglon karena matanya yang hitam itu sangan imut kayak bunglon, dia adalah cowok yang dari dulu gua sukai, tapi diam-diam,, hehe biasa akukan pemalu..
“maaf ya aku tadi nggak sengaja” kata Dio dengan memancarkan sinar yang cemerlang.. dan aku hanya membalas dengan mulut yang terbuka lebar
“psst.. louisa,, hei.. jawab” vinca berbisik sambil menyenggol pundakku.
“ehh,, iiy,, iya, gak papa kok” kata ku sedari menetralkan feelingku.
“sudah ya aku pergi dulu, sekali lagi maaf ya” kata Dio dan memancarkan senyuman tipis dari bibirnya,
Sekali lagi aku hanya membalas dengan membuka mulutku lebar-lebar, tetapi waktu dia pergi, entah kenapa kakiku menjadi lemas, dan terjatuh sejenak.
‘loui,, kamu kenapa” kata yolan cemas,, “aku tadi mimpi apa bisa ketemu my prince” kata ku dengan lemas,, “yaelah Cuma gumam lo” cetus vinca
“biarin,, huh” balasku,, setelah itu bel pun berbunyi tiga kali, yang berarti masuk kelas..
“yuk kita caw ke kelas” ajak yolan,, “ayook” kata ku dan vinca ..
S
K
I
P
Kami seperti biasa, berjalan bersama, rumahku lebih jauh dari mereka, jadi aku berjalan sendirian terus.
Tapi aku kali ini sangat beruntung, aku bertemu dengan Dio yang sedang nongkrong disalah satu warung dekat rumahku, dengan motor besar yang dibawanya, dia spintas melihatku dengan senyum tipisnya,, dan aku malah berjalan lebih cepat dari sebelumnya, dan aku mendengar teman-temannya mengolokku, tetapi aku terdiam karena mendengar suara Dio yang khas itu membelaku, dan karena itu aku malah berlari sekuat tenaga, dan cepat menuju rumahku yang kelang tiga rumah dari warung tersebut..
Dengan cepat aku melepaskan sepatuku dan langsung menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan ada ibuku dirumah dan mengabaikan salamnya, akupun pergi kekamar dan merebah tubuhku ke kasur keropiku, nafasku masih tersenga kencang melihat ulah Dio tadi, aku hanya berfikir aneh, kenapa saat ini dia sangat aneh, terpikir kenapa aku hanya memikirkannya saja, aku langsung bangun dari tidurku, dan menuju kemeja belajar, disana ada berbagai macam buku pelajaran dan buku-buku yang lain, dan disana terlihat ada buku berwarna pink dengan tulisan My Diary, dengan cepat aku meraih buku tersebut dan meraih pena biru bergaris putih.
Tangan kiriku bergerak lincah dan membuat sebuah kalimat,
Dear Diary
Hari ini sungguh hari yang sangat aneh bagiku, kenapa? Tadi bunglon senyum kepadaku, dan berkata maaf padaku, aku tau itu baik tapi itu terasa sangat aneh, jarang-jarang dia tersenyum karena selama ini dia hanya cuekin aku aja, jika aku menyapanya dia hanya berjalan cepat, seakan takut dengan ku, atau hanya melirik sebentar seakan aku tidak ada di dunia ini, tapi tak apa, aku berharap ini akan baik-baik saja.
Tepat aku selesai menulis diaryku, ibuku langsung memanggilku menyuruhku untuk makan siang , dengan sigab aku berganti pakaianku, karna sedari tadi aku masih memakai seragam sekolah jika aku turun dengan masih berpakaian tersebut aku pasti kena marah dan dikurangkan uang saku, setelah selesai mengganti pakaian aku langsung turun dan cepat ke meja makan.
“siang bu” kataku sekilas dan langsung di kursi
”iya, cepetan buka tu tudung saji” kata ibuku
Tanpa dibilang dua kali aku langsung membuka tudung tersebut, dan terlihat ayam semur dan sayur kangkung yang menggiurkan dan uap yang masih mengepul bertanda itu masih hangat, aku tersenyum karna itu masakan yang paling kusuka, dengan sigap kubalikkan piring yang sudah tersedia dengan sendok dan mengambil nasi putih tersebut, aku mengambil bagian paha bawah, karna itu bagian yang paling ku suka dan sesendok sayur hijau yang menggiurkan, dengan cepat tangan kiriku beraksi mengambil makanan tersebut dengan sendok dan piring yang beradu hingga membuat bunyi yang lumayan berisik.
S
K
I
P
“bu, aku pergi ya!!” teriakku sambil memasang sepatu berwarna abu-abu.
“mau kemana?!” teriak ibuku
“ketemu sama temen!” jawabku
“siapa?”
“vinca sama yolan”
“ooh,, iya hati-hati dijalan”
“iyaaa”
Aku bertemu dengan vinca dan yolan, dan janjinya bertemu di mall tak jauh dari rumah kami, jadi aku hanya berjalan saja ke sana. Pada saat dijalan terlihat dari kejauhan Dio dengan motor besarnya, dan kemudian berhenti tepat dihadapan ku.
“kamu mau kemana?” tanya Dio dengan gayanya yang cool
“eeh,, anu, ke mall” jawabku gugup
“bareng yuk..”
“eeh,, tapi cerbungnya mau di sambung nanti...
BERSAMBUNG PART 3

Si Tukang Kepo Part 1

          Aku punya kakak yang bandel , namanya Fahri . Kulitnya putih, hidungnya pesek , matanya sipit , alisnya tebal , badannya ya lumayan tinggilah . 

          Waktu kecil , kak Fahri sangat lucu dan sering membuat kami tertawa . Saat bertambah besar , kak Fahri mulai nakal . Dia sering merebut kue , mainan dan buku ceritaku .

          Suatu hari , aku kehilangan buku komik kesayanganku . Aku sempat bingung mencarinya . Sampai-sampai aku hampir menangis . Tiba-tiba , kak Fahri tertawa terbahak-bahak . Ternyata , ia yang menyebunyikan komikku .
          Tentu saja aku kesal dan aku pun marah . 

          “ Dimana buku komikku , kak ? “ tanya Fani dengan nada suara yang membentak .
          Aku sangat kesal dengan kakakku , selain sering jahil menyembunyikan komikku , ia juga suka membaca buku diary ku . Aku punya cowok di sekolah , namanya Gilang . 

          Suatu hari , tanpa sepengetahuanku , kakakku masuk kamarku , karena saat itu aku belum pulang ekskul dan buku diary tak terkunci tergeletak di atas tempat tidurku . Dengan santailah kakak membacanya . Sambil senyum senyum sendiri . 

          Malam harinya... 

          “ Ma , tau gak sih ? “ tanya Kak Fahri sama mama .
          “ Emangnya apaan sih kak ? “ tanya mama lagi .
          “ Itu , tuh cowoknya adek namanya Gilang ” jawab kakak sambil melirikku.
          “ Ih , apaan sih kakak ” kataku kesal
          Tapi , yang anehnya ...                         
                    Bersambung.....
Karya : Rahma dan Yunisa

Thursday, February 11, 2016

Mading Perdana ORC


Hai …. Teman n temin, sobat n sobit, salam jumpa dengan kami anggota Organinsasi Reporter Cilik (ORC) SMPN 5 Muara Enim. Sebagai Organisasi dibawah naungan OSIS adalah tugas kami para Jurnalis SMPN 5 Muara Enim untuk mempublikasikan segala kegiatan yang ada di sekolah baik Ekstra Kurikuler maupun kabar-kabar prestasi siswa. Dengan berbagai pertimbangan dan diskusi (karena gak semua siswa bisa baca berita sekolah lewat internet) kami selaku Tim dari Jurnalis SMPN 5 Muara Enim, membuat berita-berita yang ada disekolah selain melalui web Sekolah ini, kami juga membuat MADING (Majalah Dinding) agar semua siswa yang ada disekolah dapat membaca langsung secara off line, yang bakalan di pajang di sekretariat ORC yaitu Laboraturium Komputer dan Bahasa.


Nah….temans rencananya dalam pembuatan MADING, pada edisi Perdana di bulan Februari ini  kami mengambil Tema tentang “Coklat”. Karena ini adalah edisi Perdana semua anggota bekerja keras untuk membuat MADING menjadi yang  unik.


 Dalam Kegiatan ini Kami di Bimbing Oleh Ibu Dwi Yulianingsih (Pembina ORC), S.Pd, Ibu Yulia Suryadini, S.Pd (Pembina OSIS), dan Bapak Rubijanto (Guru Bahasa Indonesia)

Tim ORC

Si Pelupa (Bagian 5)


“masa kamu nggak inget sih! Kamu itu kan sudah selesai sebelum di PR – Kan”. Jelas Serina yang menginggatkanku.
“apa iya?”. Tanyaku.
“iya donk!”. Ucap serina yang mencoba meyakinkanku.
“kalau begitu thank you Serina”. Ucapku yang sangat berterima kasih.
“lho untuk apa?”.tanya Serina dengan pandangan kebingungannya.
“kalau tidak aku pasti sangat khawatir”. Jelasku.
“hm...kita mau sampai kapan berdiri di sini”. Tanya Chintya.
“eh...maaf Chintya!”. Ucap kami berlima yang dengan kompak.
*SKIP*
 Saat sampai di kelas...
“Chintya kamu dapat daftar piket Rabu untuk kelas dan Sabtu untuk mushola ya!”. Ucap Siska yang seorang ketua kelas.
“terima kasih Siska”. Ucap Chintya.
“ ya! Sama – sama”. Ucap Siska.
“kamu dapat daftar piket hari apa?”. Tanyaku.
“aku hari Rabu dan Sabtu”. Jawab Chintya.
“kalau begitu sama denganku donk!”. Ucapku
 Teng..teng..teng...
“wah! Sudah masuk jam pelajaran nih!”. Ucap Chintya.
“ya! Mari duduk”. Ajak ku.
“mari!!”.jawab Chintya.
“untuk memulai pelajaran pagi ini mari kita berdoa menurut kepercayaan dan agama masing – masing. Berdoa mulai”. Ucap Rendi ferry aryo yang merupakan wakil ketua kelas.
Setelah berdoa datanglah...
Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

Si Pelupa (Bagian 4)



“eh? Chintya? Kok kamu ada disini sih?”. Tanyaku pada chintya.
“ kenapa? Ini  kan rumahku. Kamu sendiri kok ada disini?”. Ucapnya yang bertanya lagi.
“ini juga rumahku.”jawabku.
Lalu ada suara mobil yang datang..., keluarlah seorang bapak-bapak yang umurnya sudah tidak muda lagi.
“Papa!!”panggilku.
“Papa? Dia itu Ayahku.”ucap chintya.
“hah! Sebenarnya siapa kamu?”. Tanyaku.
“Ayah! Papa!”. Ucap kami serentak.
“ssst! Nanti akan Ayah atau Papa jelaskan deh! Mari masuk!”. Ucap Papa.
“baiklah!”. Ucap kami dan lagi – lagi serentak.
“kalian ganti baju dulu lalu ke ruang tamu.”. Ucap Papa.
“baik pa/yah!”. Ucap kami yang lagi – lagi serentak.
Setelah itu...
“bagaimana pa ?”. tanyaku.
“biaklah. Dulu saat kalian berumur 5 tahun. Chintya mengalami sakit yang parah, maka dari itu dia menjalani pengobatan bersama Mama di Amerika. Saat dia mulai sehat dia bersekolah di jakarta . Lalu Mama mu meminta chintya pulang ke rumah.” Jelas Papa.
“oh..jadi begitu kami ini kembar ya!”. Ucapku.
Keesokan harinya kami berangkat memulai hari bersama. Aku , Chintya, Mama, dan Papa hanya berempat.
“howwmm...jam berapa sekarang”. Ucap Chintya dengan raut yang lusuh dan mata pandanya.
“sekarang baru jam 5. Sholat sono...”. Ucapku
“iya..iya.. howwmm”. Jawab Chintya.
“Citra...kamu sudah Sholat?”. Tanya Mama.
“tentu sudah donk Ma!”. Ucapku dengan penuh semangat.
“sarapan sudah belum”. Kali ini Papa yang bertanya.
“ya belumlah Pa! Kan belum ada sarapannya”. Jawabku
*SKIP*
 Saat di jalan ke sekolah...
“wah! Aku beneran nggak nyangka kalau kamu punya saudari kembar”. Ucap Serina seraya berjalan dengan santainya.
“aku senang mengetahuinya”. Ucap chintya dengan raut wajah senangnya.
*SKIP*
 Saat di pintu gerbang kami bertiga bertemu dengan Yuki...
“Citra! Citra ...!”. Panggil Yuki.
“ada apa sih Yuki?”. Tanyaku.
“kamu inget nggak PR IPS?”. Tanya Yuki.
“hah! IPS yang mana?”. Tayaku yang kaget dengan hal itu.

Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

Wednesday, February 10, 2016

Si Pelupa (Bagian 3)


“Apa yang terjadi padaku?”pikirku.
“kamu gak ngerti bahasa inggris ya? Bolehkah aku membantumu.” Ucap chintya dengan wajah polos.
“eh...gak apa – apa kok. Ini pertama kalinya aku dapat nilai nol.”jawabku menjelaskan
“oh kamu kelihatannya anak yang cerdas ya?.”tanya chintya dengan rasa penuh ingin tahu.
“ngak juga kok.”jawabku
“oh...gitu.”ucapnya dengan wajah tenangnya
“Ah! Jangan malu – malu kamu kan jenius!.” Ucap siska yang langsung aja nyeplos.
“Siska, ja..jangan gitu!”.ucapku tak PD.
“apa benar?”tanya chintya
“iya donk dia kan yang kemarin juara 1 dikelas dan umum.”ucap indah dengan begitu bangga sambil memeganggi pundakku.
“wah! Senangnya aku duduk di sebelah sang juara.”ucapnya dengan raut wajah senang.
“nggak gitu juga ah!”jawabku.
          Lalu pelajaran IPA aku merasa senang karena aku...
“selamat ya! Kali ini kamu dapat 100 lagi.” Ucap Ibu Susan.
“wah! Kamu dapat 100 lagi, hebat!!”.ucap chintya.
“nggak juga.”ucapku.
*SKIP*
          Saat pulang....
“ukh! Hari ini aku sangat lelah!”ucapku.
“sabar ya! Hmm.. aku duluan ya! Bye..see you!.”ucap Serina yang searah jalan denganku.
          Lalu aku melihat sesosok manusia (maksudnya orang) yang baru saja kukenal. Ternyata....
Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra