Dia tidak pernah kalah dalam satu peperanganpun baik pada saat jahiliyah atau setelah masuk Islam, dia berkata tentang dirinya: Sungguh dengan tanganku ini telah terpotong sembilan pedang pada saat peperangan Mu’tah sehingga tidak tertinggal di tanganku kecuali sebuah pedang yang berasal dari Yaman”. Hal ini membuktikan tentang keberaniannya yang brilian dan kekuatan besar yang telah dianugrahkan baginya oleh Allah pada jasadnya. Dan beliau adalah komando
pasukan kaum muslimin pada perang yang masyhur yaitu perang Yamamah dan Yarmuk, dan beliau telah melintasi perbatasan negeri Iraq menuju ke Syam dalam lima malam bersama para tentara yang mengikutinya. Inilah salah satu keajaiban komandan perang ini. Nabi saw telah menggelarinya dengan sebutan pedang Allah yang terhunus, dan beliau memberitahkan bahwa dia adalah salah satu pedang Allah terhadap orang-orang musyrik dan kaum munafiq.
Dia adalah seorang kesatria, Khalid bin Walid bin
Al-Mugiroh Al- Qurosy Al-Makhzumy Al-Makky, anak saudari ummul mukminin
Maimunah binti Al-Harits ra, dia seorang lelaki yang kekar, berpundak lebar,
bertubuh kuat, sangat menyerupai Umar bin Al-Khattab ra. Shahabat memilki sikap
kepahlawanan besar yang mencerminkan dirinya sebagai seorang pemberani dalam
membela agama ini, di antara cerita tentang kepahlwanan beliau adalah apa yang
terjadi pada perang Mu’tah, pada tahun ke delapan hijriyah, pada tahun dia
memeluk Islam.
Jumlah tentara kaum muslimin pada saat itu
sekitar tiga ribu personil sementara bangsa Romawi memilki dua ratus ribu
personil, melihat tidak adanya keseimbangan jumlah tentara kaum muslimin di
banding musuh mereka, terkuaklah sikap kesatria dan kepahlawanan kaum muslimin
pada peperangan ini.
Nabi saw telah memerintahkan agar pasukan
dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia terbunuh maka kepeminpinan berpindah
kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika terbunuh maka kepeminpinan digantikan
oleh Abdullah bin Rawahah. Semua peminpin di atas mati syahid pada peperangan
ini, lalu bendera diambil alih oleh Tsabit bin Aqrom, dan dia berkata kepada
kaum muslimin : Pilihlah seorang lelaki sebagai pemimpin kalian, maka mereka
memilih Khalid bin Walid, maka pada peristiwa inilah tampak jelas keberanian
dan kejeniusannya.
Dia kembali mengatur para pasukan, maka dia
merubah strategi dengan menjadikan pasukan sayap kanan berpindah ke sayap kiri
dan sebalikanya pasukan sayap kiri berpindah ke sebelah kanan, kemudian
sebagian pasukan diposisikan agak mundur, setelah beberapa saat mereka datang
seakan pasukan batuan yang baru datang, hal ini guna melemahkan semangat
berperang musuh kemudian kesatuan tentara kaum muslimin terlihat menjadi besar
atas pasukan kaum Romawi sehingga menyebabkan mereka mundur dan semangat mereka
melemah.
Dia telah memperlihatkan berbagai macam bentuk
keberanian dan kepahlawanan yang tidak bisa tandingi oleh semangat para
pahlawan. Selain itu, dengan keahliannya dan kecerdasannya dia mulai
mengarahkan pasukan kaum muslimin untuk mundur secara teratur dengan cara yang
unik, dan cukuplah dengan pukulan yang seperti itu, dan beliau melihat agar
pasukan kaum muslimin tidak terserang pada sebuah peperangan yang tidak
sebanding.
Qais bin Hazim berkata: Aku telah mendengar
Khalid berkata : Berjihad telah menghalangiku mempelajari
Al-Qur’anul Karim. Abu Zannad berkata : Pada Sa’ad Khlaid
akan meninggal dunia dia menangis dan berkata :
“Aku telah mengikuti perang ini dan
perang ini bersama pasukan, dan tidak ada satu jengakalpun dari bagian tubuhku
kecuali padanya terdapat bekas pukulan pedang atau lemparan panah atau tikaman
tombak dan sekarang aku mati di atas ranjangku terjelembab sebagaiamana matinya
seekor unta. Janganlah mata ini terpejam seperti mata para pengecut”.
Sungguh Khalid mengharapkan mati syahid dan
semoga Allah menyampaikannya pada derjat yang dicita-citakannya.
0 comments:
Post a Comment