Air sungai itu jernih dan mengalir tenang . Ada serumpun
bambu yang tumbuh ditepinya . Beberapa
ranting melengkung ke arah sungai . Daunnya menyentuh nyentuh air sehingga
terbawa arus .
“ Anak –
anak bebek yang manis , “ gumam si induk bebek dengan gembira . “ Satu , dua ,
tiga....,” tiba tia ia behenti menghitung . “ Hanya sembilan ekor !,” dia
menghitung ulang sekali lagi dengan cepat . Cepat cepat dia berenang mengitari
mereka untuk meyakinkan dia tidak salah menghitung .
Oh ! Betapa
menyedihkan , di mana gerangan anaknya satu lagi ?
“ Apakah
anda melihat anak saya ? “ tanyanya kepada seorang bebek yang kebetulan
berenang melewatinya . Bebek itu menggelengkan kepalanya
Kasihan
induk bebek itu . Dia melihat – lihat ke sepanjang sungai yang begitu luas .
Di sana , di
belokan sungai terlihat kakek angsa berenang dengan cepatnya . Induk bebek
mengeluh . Dia tidak begitu juga menyukai angsa . Dia amat besar dan kelihatan
angkuh .
Induk bebek
itu menarik napas dalam – dalam untuk menenangkan hatinya. Kakek angsa
berenang makin dekat.
“ Eh , maaf
apakah Anda melihat anak saya ? “
Kakek angsa
tersenyum . Kemudian , Ia menundukkan kepalanya , dan ah ... itu dia ! Si anak
yang hilang duduk diatas punggung kakek angsa . “ Sudah saya duga , dia anak
Anda ,” kata kakek angsa dengan suara berwibawa .” Oleh sebab itu , saya
membawa dia mencari anda ,”
Oh terima
kasih , terima kasih , “ seru induk bebek senang . Sejak saat itu mereka
menjadi sahabat akrab.
Penulis : Rahma Yuliana
Kelas : VII A
0 comments:
Post a Comment