Monday, March 14, 2016

Si Pelupa (bagian 9)



Ternyata...
“Indah...!”. Ucap Aku dan Ferry sambil menoleh kebelakang secara berbarenggan.
“kalian ini...Ferry kalau ketahuan Mirna gimana lo? Kelar idup lo!”. Ucap Indah memperingatkan.
“Mirna maksudmu apa?”. Tanya Ferry.
“sok suci lo! Dia kan pacarmu”. Ucap Ferry tiba – tiba jantungku berdetak keras.
“Pacar? Mirna bukan pacarku. Dia itu anak teman Mamaku tahu!”. Ucap Ferry menjelaskan, rasanya seperti diterpa angin sejuk.
“owh! Gitu..masih ada harapan donk!”. Ucap Indah sambil mengedipkan mata kearahku.
“terus kamu kesini ngapain Indah?”. Tanyaku.
“Gue mau kasih tau kalau Chintya tiba – tiba mengeluh sakit perut”. Ucap Indah memberi tahu dengan logat Jakartanya yang sangat kental kayak bubur ayam.
“Hah! Pasti gara – gara roti tadi!”. Ucapku menebak.
“Eh? Roti lagi seperti bulan lalu”. Ucap Ferry.
“sudah ayok ah!”. Ucap Indah sambil menarik tanganku.
Di lain pihak Nanda sedang menjelaskan tentang kejadian bulan lalu...
“waktu itu pada saat istiharat Citra ingin membeli roti. Lalu Erika memberi sepotong roti yang sudah tidak layak untuk dimakan kepada Citra. Setelah memakan roti itu Citra sakit perut sampai muntah – muntah. Dan tidak bersekolah selama 2 hari”. Jelas Nanda padaku.
“Apa Geng Three star selalu mengganggu Citra?”. Tanyaku yang masih penasaran.
“Ya! Tidak hanya Citra banyak murid lain yang mereka bully”. Jelas Nanda.
“Apa tidak ada yang melaporkan pada guru BK atau Kepsek (Kepala Sekolah)?”. Tanyaku sambil mengerutkan dahi.
“Tidak ada yang berani melaporkannya karena Ayah Erika dan Mirna merupakan penyumbang dana terbesar di sekolah yang berani menetang bisa – bisa dikeluarkan dari sekolah”. Jawab Nanda.
Brakk....(Suara pintu di buka yang keras berhasil mengagetkanku dan Nanda. Kaget bray!!)
Bersambung...
Karya : Mardhotillah fathona tuzzahra

0 comments:

Post a Comment