Ternyata...
“Indah...!”. Ucap Aku dan Ferry sambil menoleh kebelakang secara
berbarenggan.
“kalian ini...Ferry kalau ketahuan Mirna gimana lo? Kelar idup
lo!”. Ucap Indah memperingatkan.
“Mirna maksudmu apa?”. Tanya Ferry.
“sok suci lo! Dia kan pacarmu”. Ucap Ferry tiba – tiba jantungku
berdetak keras.
“Pacar? Mirna bukan pacarku. Dia itu anak teman Mamaku tahu!”.
Ucap Ferry menjelaskan, rasanya seperti diterpa angin sejuk.
“owh! Gitu..masih ada harapan donk!”. Ucap Indah sambil
mengedipkan mata kearahku.
“terus kamu kesini ngapain Indah?”. Tanyaku.
“Gue mau kasih tau kalau Chintya tiba – tiba mengeluh sakit
perut”. Ucap Indah memberi tahu dengan logat Jakartanya yang sangat kental
kayak bubur ayam.
“Hah! Pasti gara – gara roti tadi!”. Ucapku menebak.
“Eh? Roti lagi seperti bulan lalu”. Ucap Ferry.
“sudah ayok ah!”. Ucap Indah sambil menarik tanganku.
Di lain pihak Nanda sedang
menjelaskan tentang kejadian bulan lalu...
“waktu itu pada saat istiharat Citra ingin membeli roti. Lalu Erika
memberi sepotong roti yang sudah tidak layak untuk dimakan kepada Citra. Setelah
memakan roti itu Citra sakit perut sampai muntah – muntah. Dan tidak bersekolah
selama 2 hari”. Jelas Nanda padaku.
“Apa Geng Three star selalu mengganggu Citra?”. Tanyaku yang
masih penasaran.
“Ya! Tidak hanya Citra banyak murid lain yang mereka bully”. Jelas
Nanda.
“Apa tidak ada yang melaporkan pada guru BK atau Kepsek
(Kepala Sekolah)?”. Tanyaku sambil mengerutkan dahi.
“Tidak ada yang berani melaporkannya karena Ayah Erika dan
Mirna merupakan penyumbang dana terbesar di sekolah yang berani menetang bisa –
bisa dikeluarkan dari sekolah”. Jawab Nanda.
Brakk....(Suara pintu di buka yang keras berhasil
mengagetkanku dan Nanda. Kaget bray!!)
Bersambung...
Karya : Mardhotillah
fathona tuzzahra
0 comments:
Post a Comment