Karena kata – kata Erika yang benar – benar menyakiti hatiku
membuat jantungku berdetak cepat rasanya aku sangat malu mendengarnya.
“tu...tung..gu! hosh..hosh..hosh...”. Ucap Ferry yang sudah
kelelahan.
“tolong..ja..ja.ng..an kejar aku..”. Ucapku sambil terisak –
isak.
Akhirnya aku
pun sampai di ujung pintu lalu tanganku pun ditarik oleh Ferry lalu..
“kenapa kamu melarikan diri? Huh..!”. Tanya Ferry yang masih
kelelahan dan wajahnya juga memerah.
“ kamu..kenapa mengejarku terus? Tahu apa kamu...?”. Tanyaku
yang masih terisak – isak.
“ka..kamu kenapa menangis? Apa masalahmu?”. Tanya Ferry yang
keget melihat aku yang masih menangis.
“tolong tinggalkan aku sendiri!!”. Ucapku yang sangat kesal.
“tolong jangan menangis lagi”. Ucap Ferry sambil menggelap air
mataku dengan tisu.
Sementara itu
di lain pihak...
“apa perutmu masih sakit?”. Tanya Wahyu reihansyah ananda yang
kebetulan sedang bertugas.
“nggak lagi..thanks ya!”. Ucap Chintya.
“huh! Kamu makan apa sih tadi?”. Tanya Nanda.
“tadi aku hanya makan roti yang diberikan oleh Marina”. Ucap
Chintya menjelaskan.
“oh! Kamu pasti dijahili mereka..seperti bulan lalu..”. Ucap
Nanda yang tiba – tiba terhenti.
“eh? Bulan lalu emang siapa?”. Tanya Chintya yang sangat
penasaran.
Lalu kembali ke
diriku...
“apa kamu sudah tenang? Dari pada kita berdiri saja lebih baik
kita duduk disana saja”. Ucap Ferry sambil menunjuk sebuah bangku yang sengaja
di letakkan di atap oleh Aku, Yuki, Siska, Indah juga Serina.
“kamu kenapa sih baik sama aku?”. Tanyaku.
“kamu itu temanku apa salahnya aku membantu mu?”. Jawab Ferry
yang bertanya denganku lagi.
“terima kasih”. Ucapku berterima kasih.
“ya. So.. kamu kenapa menanggis?”. Ucapnya yang
memperlakukanku seperti adiknya saja.
“Aku sebal + sakit hati dengan kata – kata Erika yang benar –
benar menyakitiku”. Jawabku .
“yaelah! Kamu kayak nggak biasa aja sama kata – kata Erika
yang suka sembarangan”. Ucap Ferry.
“habisnya...dia...”. Ucapku.
“sudahlah..tak usah di hiraukan si Erika . yang jelas
berusahalah menjadi lebih baik”. Ucap Ferry sambil mengacak – acak rambutku.
“hey! Rambutku..dasar Ferry! He..he..he..”. Ucapku sambil
tertawa. Kata – kata Ferry selalu berhasil menenangkanku.
“ciee...berdua aja nih!”. Sebuah suara yang
mengagetkanku...(Siapa Sih! Mengganggu saja! Huh!)
Bersambung...
Karya : Mardhotillah
fathona tuzzahra
0 comments:
Post a Comment